Minggu, 20 Maret 2011
ketika copet menjadi cepot
Ini sebenarnya cerita yang sudah cukup lama, waktu jaman SMP.
Saat duduk di bangku SMP, saya adalah pengguna angkot yang setia. Sekolah saya yang berjarak kurang lebih 6 km dari rumah memang praktis jika menggunakan angkot. Setiap berangkat dan pulang sekolah saya selalu naik angkot, alat transportasi yang terjangkau dan banyak dijumpai di Bekasi. Biasanya kalau pulang sekolah bareng-bareng teman sekelas yang satu rute angkot, tapi kebetulan saat itu saya pulang sendiri karena ada keperluan. Pulang sekolah, saya menunggu angkot K 30 jurusan Ujung Harapan - Terminal Bekasi yang biasa saya tumpangi. Satu angkot datang lalu saya menyetopnya. Penumpangnya hanya seorang bapak dan saya. Tak lama di depan MTS Al Huda, sang supir berhenti lalu naiklah seorang siswi sekolah tersebut dan duduk di samping saya. Angkot terus melaju, hujan pun mulai turun. Penumpang tak juga bertambah malah si bapak tadi turun sehingga penumpang tinggal saya dan siswi SMP Al Huda. Angkot terus berjalan sampai di perempatan jalan dekat Hero Mall. Saat lampu lintas menyala merah, seorang pria naik ke angkot kami. Ia berlari dari seberang sambil menutupi kepalanya dari hujan dengan menggunakan jaket. Di dalam angkot, ia memilih tempat agak pojok di depan saya duduk. Ia meletakkan jaketnya di pangkuannya. Awalnya saya dan penumpang di sebelah saya biasa saja tapi lama kelamaan ada yang aneh. Sewaktu saya perhatikan pria tadi sedang gemetaran kedinginan namun gerakannya agak mencurigakan. Ya, ternyata benar, ia sedang berusaha merogoh tas saya yang ada di depannya dengan ditutupi oleh jaket. Iseng, saya tarik tas saya. Pria itu kaget lalu menarik tangannya juga. Akhirnya saya beranikan diri bicara padanya.
"Kedinginan ya, mas?"
"Iya nih tadi kehujanan. Brrr...", jawabnya sambil mengelus-elus lengannya seperti orang yang kedinginan.
"Loh, kenapa jaketnya nggak dipakai saja mas?" lanjut saya.
"Tadi kan kehujanan."
Setelah itu suasana menjadi hening kembali namun penumpang di samping saya merasa curiga pada pria itu, terlihat dari tatapannya. Saya juga merasakan demikian, sepertinya pria itu copet tapi saya belum yakin. Angkot melaju kembali, hujan masih turun. Tak ada penumpang lain yang naik. Sampai akhirnya saya memergoki tangan si pria itu mencoba merogoh tas saya lagi dan kali ini saya biarkan saja. Dengan ditutupi jaketnya, tangan si pria itu berhasil menggapai saku samping tas saya. Saya pura-pura tidak menyadarinya. Akhirnya..
"srek.." Saku tas saya mulai dibuka. Saya pun bereaksi.
"Mau ngapain mas?" tanya saya sambil melirik ke arahnya.
Tangan si pria buru-buru ditarik dan dia pura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi. Lalu saya buka saku tas saya.
"Nih mas, isinya sabun mandi. Tadi di sekolah saya habis praktek kesenian. Mas mau ngambil ini?" kata saya, sambil mengeluarkan sekotak sabun.
Terlihat muka pria itu memerah, malu. Dia diam saja tak mempedulikan kata-kata saya. Kemudian..
"Kiri bang!" teriak si pria tiba-tiba.
Ya, ternyata dia memilih turun dari pada menanggung malu berada di depan kami. Dia turun tanpa melihat ke arah saya. Penumpang di samping saya tertawa sendiri melihat kejadian tadi. Saya ikut tertawa. Ada-ada saja ya. Untung saja isi saku saya sabun, coba saja isinya ular entah apa yang akan terjadi. :p
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar