Minggu, 24 April 2011

Kartini dan Perempuan Masa Kini

Kita semua telah mengetahui bahwa setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Raden Ajeng Kartini adalah orang yang telah memperjuangkan emansipasi wanita. Saat zaman beliau hidup, zaman penjajahan, perempuan dinomorduakan. Mereka hidup dikekang, tidak boleh mendapatkan pendidikan, dan sebagainya. Melihat hal itu Kartini tidak diam saja, beliau pun memutuskan untuk membangun sebuah sekolah wanita. Untung saja tindakan beliau didukung sang suami. Perjuangan Kartini tidaklah berarti untuk menyaingi laki-laki, namun memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat. Hingga sekarang terlihat hasil dari perjuangan beliau, kaum wanita dapat merasakan pendidikan, dapat bekerja sama halnya dengan laki-laki. Selain itu, banyak pula wanita yang sekarang menjadi inspirasi banyak orang dan menjadi sosok Kartini masa kini. Mereka memiliki banyak hal yang membanggakan sebagai seorang perempuan. Ada beberapa wanita yang menjadi panutan saya seperti Kartini.
Pertama adalah ibu saya. Wanita yang telah mengandung saya, melahirkan saya, merawat, dan membesarkan saya sampai saat ini adalah wanita yang paling saya sayangi. Beliau sangat sabar, tegas, dan baik. Beliau begitu setia mendampingi ayah saya walau di masa-masa sulitnya. Saat ayah harus berhenti bekerja karena perusahaannya bangkrut, ibu pun ikut membantu ayah untuk mencari penghasilan keluarga. Beliau menerima pesanan-pesanan kue untuk acara-acara seperti arisan dll. Ibu memang suka memasak dan memang masakan beliau sangat lezat. Alhamdulillah, banyak orang yang suka masakan ibu dan menjadi langganan kue ibu. Ibu selalu mengajarkan kami banyak hal. Banyak nasehat beliau dan omelan beliau yang kami dengar. Saya tahu kalau ibu memarahi kami bukan karena beliau membenci kami tapi itu untuk kebaikan kami juga. Saya selalu merasa bersalah jika suka melalaikan tugas dan nasehat dari ibu. Maafkan saya ya bu :)
Wanita kedua adalah dosen saya Ibu Fariani Hermin. Bu Far, begitu kami menyapanya, dosen yang telah saya kenal semenjak saya duduk di bangku kuliah di UNJ. Walau usianya tak lagi muda, beliau tetap semangat mengajar. Semangat beliau yang membuat saya kagum. Nasehat beliau selalu membangkit kami. Beliau tak pernah mempersulit kami selama kuliah. Kebaikan yang beliau berikan sungguh luar biasa. Saya ingat kata-katanya, "Saya berbuat baik cuma berharap orang lain juga berbuat baik pada saya atau kalau tidak kepada anak saya dan keluarga saya". Wah, sungguh mulianya beliau. Beliau juga memiliki keinginan untuk meneruskan study S3. Subhanallah, semangat beliau untuk menuntut ilmu membuat kami terpacu untuk menimba ilmu. Masa yang muda kalah dengan yang tua semangatnya :)
Selanjutnya adalah Bu Euis, guru Bahasa Indonesia sewaktu saya SMA. Beliau membuat saya yang bosan dengan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi berbalik menyukainya. Cara mengajar beliau yang menyenangkan, membuat saya dan teman-teman tidak bosan untuk belajar Bahasa Indonesia. Beliau juga menjadi guru favorit di SMA saya dulu. Kharismanya membuat kami merasa segan kepada beliau. Setiap ulangan, beliau selalu berkata, "Saya tidak akan mengomentari jika kalian mencontek saat ulangan, itu terserah kalian. Yang jelas walau saya tidak melihat kalian mencontek tapi malaikat pasti tahu dan mencatat perbuatan kalian". Benar-benar kata-kata yang ampuh. Selain mengajar, beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab. Ia pernah bercerita bahwa kegiatannya mengajar tidak boleh melalaikanya sebagai seorang ibu. Ia tetap mengurus anak-anaknya, membantu mengerjakan pr, menyiapkan sarapan sebelum berangkat, dll. Memang ibu yang super.
Wanita-wanita lain masih banyak, antara lain polwan yang saya temui di depan Naga Kranji. Di daerah situ memang sering sekali macet karena banyak angkot yang berhenti sembarangan. Biasanya walaupun ada polisi di dekat situ tapi angkot-angkot itu tetap saja tidak mau jalan. Kebetulan waktu itu ada seorang polwan, tanpa pikir panjang dihampirilah angkot itu dan diketuklah jendelanya "Bang jalan, itu dibelakang macet!" Langsung si supir tancap gas. Setelah diusut ternyata supir angkot memang lebih segan dengan polwan dibanding polisi. Wah, kok bisa ya? 
Masih banyak wanita-wanita di luar sana yang mempunyai jasa yang besar. Keberadaan mereka bisa menjadikan semangat bagi orang lain. Mereka juga menginspirasi orang lain agar lebih maju dari yang sekarang. Kita juga bisa menjadi inspirasi bagi orang lain jika kita mempunyai semangat dan selalu berusaha keras menjadi yang terbaik. Sekarang tidak hanya laki-laki yang bisa berkarya, wanita juga bisa! Wanita juga bisa melakukan pekerjaan pria seperti menjadi polisi, dokter, pengacara, bahkan presiden. Ayo, wanita kita tunjukkan kalau kita bisa! Karena dibalik kesuksesan laki-laki ada campur tangan wanita dibaliknya :)

Senin, 04 April 2011

quote of the day :)

"Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalanannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus mengubah diri kita sendiri" - Mario Teguh

terima kasihku, guruku :)

Guru bisa disebut pengajar dan pendidik. Disebut pengajar karena guru mengajarkan dan memberitahu kita yang sebelumnya tidak tahu kini menjadi tahu. Disebut pendidik karena guru dapat mendidik muridnya menjadi pribadi yang lebih baik, memberi teladan tentang mana yang baik dan mana yang buruk sehingga guru dapat menjadi contoh atau panutan bagi muridnya.

Begitu mulianya tugas guru tapi kadang kita lupa berterima kasih atas jasa-jasa mereka yang begitu besar kepada kita.

Saya teringat kata-kata guru saya di sekolah dasar, Pak Supri, sewaktu saya duduk di kelas 6. Beliau pernah berkata kepadaku dan teman-teman, “Guru yang paling berjasa itu bukan guru kelas 6 melainkan guru kelas 1”. Saat itu memang saya dan teman-teman beranggapan guru yang paling berjasa adalah guru kelas 6 karena beliau yang mengajarkan lebih banyak kepada kami untuk menghadapi ujian. Lalu beliau menambahkan, “Bukan guru kelas 6 mengajarkan lebih banyak tapi guru kelas 1. Apakah kalian tahu sebabnya? Karena guru kelas 1 lah yang benar-benar mengajarkan kalian yang awalnya tidak bisa menulis menjadi pandai menulis, tidak bisa membaca menjadi lancar membaca, dan tidak bisa berhitung menjadi pintar berhitung. Itu adalah jasa yang besar karena tidak mudah bagi mereka untuk mengajarkan kalian begitu banyak hal. Sedangkan kami, guru-guru kelas 6, hanya mengajarkan ilmu yang memang harus disampaikan kepada kalian tapi tugas kami tidak seberat guru-guru kelas 1”.

Kata-kata itu terus kuingat hingga sekarang sampai saya mengambil jurusan pendidikan ini. Betapa banyak jasa guru yang luput dari penglihatan kita. Dulu, sewaktu masih di bangku sekolah rasanya selalu menyepelekan para guru. Kadang suka bolos pelajaran yang tidak disukai, kadang suka mengerjakan tugas di sekolah, sampai menyontek saat saat ulangan. Padahal guru-guru kami selalu menasehati kami, memberi contoh kami, dan mengajarkan kami namun entah mengapa hal itu kami anggap angin lalu saja. Kini saat saya belajar agar menjadi seperti mereka, saya tahu betapa berat tugas mereka, betapa besar tanggung jawab mereka, dan betapa banyak pengorbanan mereka.

Sekarang guru-guru sudah lebih maju dan banyak yang bilang juga lebih mapan. Coba bandingkan dulu, guru masih sederhana, gaji pun tak seberapa tapi banyak yang mau mengabdi menjadi guru. Teringat cerita ayah saya tentang kakek saya yang begitu suka menjadi guru sampai tidak mau diangkat jadi kepala sekolah.

Betapa bahagianya bisa menjadi guru, dapat mengamalkan segala ilmu yang kita miliki sehingga ilmu itu terus mengalir dan tidak sia-sia. Seorang guru pernah berkata, “Kalau saya mengajarkan hal yang baik kepada murid saya dan murid saya mengajarkannya lagi kepada yang maka ilmu itu tak akan habis ataupun hilang”. Ada pula kata-kata yang lain, “Kita tidak bisa mengharapkan menghasilkan banyak uang dengan menjadi guru tapi kita bisa mengharapkan memiliki bekal amal ibadah dari ilmu yang telah kita ajarkan”.

Banyak belajar dari mereka yang telah menjadi guru. Mencoba untuk ikhlas, sabar, dan mengajar tanpa pamrih. Mungkin sulit rasanya untuk kita kalau belum mencobanya. Saat nanti menjadi guru, kita akan tahu bagaimana rasanya menjadi mereka, guru-guru kita dulu. Alangkah senangnya bisa meneruskan ilmu yang kita memiliki kepada murid-murid kita nanti dan kelak ilmu itu akan mengalir terus selama yang kita ajarkan adalah hal yang baik.

Terima kasih guru-guruku, jasa-jasa kalian begitu besar namun kami sering tak menyadari. Semoga ilmu kalian terus mengalir dan tak akan berhenti walau kalian telah tiada.


Guru bak pelita, penerang dalam gulita

Jasamu tiada tara...


Untukmu, GURUKU :)