Guru bisa disebut pengajar dan pendidik. Disebut pengajar karena guru mengajarkan dan memberitahu kita yang sebelumnya tidak tahu kini menjadi tahu. Disebut pendidik karena guru dapat mendidik muridnya menjadi pribadi yang lebih baik, memberi teladan tentang mana yang baik dan mana yang buruk sehingga guru dapat menjadi contoh atau panutan bagi muridnya.
Begitu mulianya tugas guru tapi kadang kita lupa berterima kasih atas jasa-jasa mereka yang begitu besar kepada kita.
Saya teringat kata-kata guru saya di sekolah dasar, Pak Supri, sewaktu saya duduk di kelas 6. Beliau pernah berkata kepadaku dan teman-teman, “Guru yang paling berjasa itu bukan guru kelas 6 melainkan guru kelas 1”. Saat itu memang saya dan teman-teman beranggapan guru yang paling berjasa adalah guru kelas 6 karena beliau yang mengajarkan lebih banyak kepada kami untuk menghadapi ujian. Lalu beliau menambahkan, “Bukan guru kelas 6 mengajarkan lebih banyak tapi guru kelas 1. Apakah kalian tahu sebabnya? Karena guru kelas 1 lah yang benar-benar mengajarkan kalian yang awalnya tidak bisa menulis menjadi pandai menulis, tidak bisa membaca menjadi lancar membaca, dan tidak bisa berhitung menjadi pintar berhitung. Itu adalah jasa yang besar karena tidak mudah bagi mereka untuk mengajarkan kalian begitu banyak hal. Sedangkan kami, guru-guru kelas 6, hanya mengajarkan ilmu yang memang harus disampaikan kepada kalian tapi tugas kami tidak seberat guru-guru kelas 1”.
Kata-kata itu terus kuingat hingga sekarang sampai saya mengambil jurusan pendidikan ini. Betapa banyak jasa guru yang luput dari penglihatan kita. Dulu, sewaktu masih di bangku sekolah rasanya selalu menyepelekan para guru. Kadang suka bolos pelajaran yang tidak disukai, kadang suka mengerjakan tugas di sekolah, sampai menyontek saat saat ulangan. Padahal guru-guru kami selalu menasehati kami, memberi contoh kami, dan mengajarkan kami namun entah mengapa hal itu kami anggap angin lalu saja. Kini saat saya belajar agar menjadi seperti mereka, saya tahu betapa berat tugas mereka, betapa besar tanggung jawab mereka, dan betapa banyak pengorbanan mereka.
Sekarang guru-guru sudah lebih maju dan banyak yang bilang juga lebih mapan. Coba bandingkan dulu, guru masih sederhana, gaji pun tak seberapa tapi banyak yang mau mengabdi menjadi guru. Teringat cerita ayah saya tentang kakek saya yang begitu suka menjadi guru sampai tidak mau diangkat jadi kepala sekolah.
Betapa bahagianya bisa menjadi guru, dapat mengamalkan segala ilmu yang kita miliki sehingga ilmu itu terus mengalir dan tidak sia-sia. Seorang guru pernah berkata, “Kalau saya mengajarkan hal yang baik kepada murid saya dan murid saya mengajarkannya lagi kepada yang maka ilmu itu tak akan habis ataupun hilang”. Ada pula kata-kata yang lain, “Kita tidak bisa mengharapkan menghasilkan banyak uang dengan menjadi guru tapi kita bisa mengharapkan memiliki bekal amal ibadah dari ilmu yang telah kita ajarkan”.
Banyak belajar dari mereka yang telah menjadi guru. Mencoba untuk ikhlas, sabar, dan mengajar tanpa pamrih. Mungkin sulit rasanya untuk kita kalau belum mencobanya. Saat nanti menjadi guru, kita akan tahu bagaimana rasanya menjadi mereka, guru-guru kita dulu. Alangkah senangnya bisa meneruskan ilmu yang kita memiliki kepada murid-murid kita nanti dan kelak ilmu itu akan mengalir terus selama yang kita ajarkan adalah hal yang baik.
Terima kasih guru-guruku, jasa-jasa kalian begitu besar namun kami sering tak menyadari. Semoga ilmu kalian terus mengalir dan tak akan berhenti walau kalian telah tiada.
Guru bak pelita, penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara...
Untukmu, GURUKU :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar